Senin, 25 April 2016

Tiga Matador di Manchester City

Josep Guardiola i Sala dipastikan akan menukangi Manchester City pada musim 2016/17 mendatang dengan durasi kontrak selama tiga tahun kedepan.

Bukan suatu hal yang baru atau kejutan mengenai kepindahan Guardiola dari Bayern Muenchen ke Manchester City. Setidaknya bagi Pellegrini, kepindahan Guardiola ke The Citizens -julukan Man.City- hanyalah tinggal menunggu waktu semata, semenjak dirinya menerima tampuk kepelatihan pada awal musim 2013/14 lalu.

Pellegrini sadar jika dirinya hanya pilihan kedua bagi City, dibelakang Guardiola.

Kedekatan Manchester City dengan Josep Guardiola sudah terasa semenjak pelatih berkepala plontos itu menolak perpanjangan kontrak bersama FC Barcelona pada 2012. Sempat terdengar kabar bahwa Txiki Begiristain melakukan pendekatan-pendekatan khusus kepada Guardiola. Sayangnya, Guardiola lebih memilih untuk berpetualang di Bundesliga dengan alasan filosofi Bayern Muenchen.

Bagi Pep, Txiki sendiri bukan orang yang baru ia kemarin sore. Txiki adalah rekan satu tim Pep di Barcelona kala ia promosi ke tim utama pada musim 1990/91. Keduanya merupakan bagian vital bagi 'Barca' di bawah bimbingan Johan Cruyff yang sukses meraih European Cup pertama untuk 'tentara Katalan'.

Meski sempat berpisah kala Txiki hengkang ke La Coruna, mereka kemudian bersua kembali pada 2007. Saat itu Pep melatih tim Barcelona B, dan Txiki adalah direktur sepak bola FC Barcelona.

Kali ini, untuk ketiga kalinya Txiki dan Guardiola akan berada satu atap di Etihad. Pep pertama kali ditunjuk Txiki sebagai pelatih kepala pada 2008, di mana Pep menyingkirkan Jose Mourinho sebagai kandidat utama pelatih FC Barcelona berkat saran dari Txiki, Marc Ingla dan Johan Cruyff. Sementara reuni mereka di Manchester akan menjadi kerja sama kedua sebagai direktur dan manajer.

Dengan apa yang telah dilakukan Txiki dan Ferran Soriano di Manchester City selama ini, seperti pembangunan akademi dan perbaikan keuangan klub, dan Josep Guardiola, keriuhan tetangga yang berisik akan semakin menjadi. Nampaknya sudah tersirat bahwa ketiga sosok ini siap membawa Manchester City ke puncak eropa, sama seperti apa yang mereka lakukan di Barcelona sebelum Txiki dan Ferran hengkang karena berselisih dengan Laporta.

Semua telah tersedia bagi Guardiola, lumrah rasanya jika banyak yang menganggap bahwa ia akan menjalankan tugas mudah bersama Manchester City. Apalagi dengan dana 150 juta per musim yang kabarnya siap dikucurkan untuk belanja pemain. Nama-nama tenar seperti John Stones hingga Paul Pogba dan Messi-pun langsung dikaitkan dengan Manchester Biru.

Anggapan seperti itu wajar adanya, bahkan agen Yaya Toure mengatakan bahwa kakeknya bisa menyamai pencapaian Pep jika melihat klub-klub yang ia latih.

Wajar bukan berarti benar, atau salah, tapi mereka yang beranggapan seperti itu lupa bahwa kesuksesan Pep Guardiola dengan FC Barcelona berkaitan erat dengan akademi klub.

Menurut data Transfermarkt, selama Pep melatih 'Barca', delapan dari 11 pemain utamanya adalah lulusan akademi klub. Hal ini berbeda dengan saat ia berada di Bayern, hanya Lahm, Mueller, dan Alaba pemain andalan Pep yang pernah merasakan akademi klub Bavaria tersebut.

Bersama Bayern Muenchen Pep lebih suka membeli pemain berlabel bintang, sebut saja Xabi Alonso, Arturo Vidal, Benatia, semuanya sudah memiliki nama sebelum bermain untuknya. Hanya Pierre-Emile Hojbjerg dan Gianluca Gaudi, jebolan akademi yang sukses memberikan impresi positif kepada Pep.

Meskipun begitu, Pep tetap memberikan kesempatan secara konsisten kepada pemain akademi Bayern Muenchen. Total sudah ada lima pemain yang ia orbitkan, dan hanya seorang Alessandro Schoepf yang akhirnya meninggalkan Bayern asuhan Pep secara permanen.

Jika melihat kesuksesan yang dibangun Guardiola, maka kebijakan Txiki dan Soriano untuk memperbaiki akademi Manchester City sudah tepat. City Football Academy akan menjadi sarana yang baik bagi Pep untuk memetik benih pemain muda guna dipakai di tim utama

Hal ini juga menguatkan bahwa Pep adalah alasan utama mengapa Manchester City meminjamkan pemain-pemain muda mereka seperti Enes Unal, Patrick Roberts, Bruno Zuculini di hari yang sama dengan konfrensi pers Pellegrini. Txiki dan Soriano tahu keinginan Guardiola, dan itu adalah salah satu cara mereka untuk mempersiapkan tim guna menyambut Guardiola musim depan.

Guardiola akan mendapatkan semua yang ia inginkan di Manchester City. Soal gaji, pemain yang pertama melatih di Meksiko ini mendapatkan 20 juta per musim selama berada di Manchester, atau tiga juta lebih tinggi dari yang didapatkannya sekarang bersama Bayern Munich. Dana belanja besar, keleluasaan dalam menentukan pemain, dan strategi tim, semua didapatkan olehnya.

Lalu, apa yang Manchester City dapatkan dari seorang Guardiola ?


Banyak. Setidaknya nama Guardiola akan menjadi nilai jual utama Manchester City, menggeser gaji tinggi. Dengan kebebasan yang diberikan, dan kedekatannya dengan direksi klub, Pep Guardiola dapat ikut mengembangkan klub satelit City Football Group seperti New York City FC, Melbourne City FC dan Yokohama F Marinos. Kehadiran Pep memungkinkan mereka untuk belajar tentang dominasi liga dan berkontribusi lebih untuk Manchester City, lewat sumbangan pemain-pemain muda yang ada.

Lebih dari itu, Manchester City akan mendapatkan pelatih yang sangat total dalam pekerjaannya. Menganalisa kebiasaan tim lawan, klub apapun itu. Bagi Pep, Granada, Rayo Vallecano, Levante sama saja dengan Dortmund, Wolfsburg, Schalke, atau Manchester United.

Cukup dengan drama luar lapangan, kita semua tahu bahwa apapun olahraganya, sebuah kompetisi selalu memiliki satu tujuan, menang. Kemenangan di atas rumput hijau akan nampak lebih penting dibandingkan hal-hal di luarnya, karena dari sinilah kritik dan pujian datang. Tak terkecuali untuk Pep Guardiola.

Banyak yang bertanya-tanya strategi apa yang akan diterapkan di Manchester City ?

Sebenarnya cukup sulit menjawab pertanyaan tersebut, dasarnya Guardiola terkenal sebagai sosok yang pragmatis. Selalu menerapkan skema 4-3-3 atau 3-4-3 di Barcelona, Guardiola seakan mendapatkan ilham dari Illahi dengan menerapkan 4-1-4-1, 3-4-3, 4-3-3, bahkan 2-3-3-2 di Muenchen.

Meski di atas kertas terlihat perbedaan mencolok, ada satu (dari sekian banyak) hal yang selalu diterapkan oleh Guardiola, yaitu membangun tim bagi pemain-pemain tertentu. Lionel Messi, Xavi dan Iniesta menjadi pusat gravitasi Barcelona asuhan Pep, sementara di Bayern, ada Phillip Lahm, Mueller dan Alaba.

Manchester City akan mendapatkan sentuhan berbeda di tangan Guardiola, terutama dari segi pertahanan. Permainan cepat dan dominasi bola Manchester City sudah cukup untuk menjadi landasan Pep, meski masih membutuhkan peningkatan untuk mencapai standard permainannya, tapi satu hal terpenting adalah kemampuan pemain untuk mencuri bola.

Lawan yang berhadapan dengan tim asuhan Guardiola biasanya tidak dapat menikmati bola lebih dari enam detik. Ia juga dikenal untuk membangun serangan dari belakang, serta meminta pemain-pemainnya melakukan transisi menyerang-bertahan-menyerang dengan cepat.

Menurut Thierry Henry, Guardiola hanya meminta 3P dari setiap pemainnya, yaitu permainan, penguasaan dan posisi. "Yang paling utama dalah posisi.", Ujar Henry di Sky Sports Monday Night Football.

Saat Pep Guardiola datang ke Etihad Stadium musim depan, beberapa pemain mungkin akan hengkang dari Manchester City. Contoh utama adalah Yaya Toure, pemain yang sempat dikaryakan Pep sebagai bek di Barcelona, menjadi nama teratas dalam daftar buangan. Meski Yaya Toure merupakan kunci permainan Manchester City dalam beberapa musim terakhir, ia bukanlah gelandang bertahan yang diinginkan seorang Josep Guardiola.

Gelandang impian Pep adalah penjelmaan dirinya dahulu. Lupakan box-to-box dan anchorman. Lihat Busquets. Itu yang Guardiola inginkan. Pemain jenius yang dapat menciptakan ruang dan umpan akurat agar permainan yang dikehendaki terus terlaksana.

Hapus juga nama Wilfried Bony dan lihat nasib Ibrahimovic di blaugrana -julukan Barcelona- dahulu.

Tidak ada tempat di benak Guardiola bagi striker yang hanya diam menunggu umpan. Semua pemain harus bergerak. Semua pemain harus merasa kelelahan, dan disitulah Sergio Aguero bisa tersenyum.

Pergerakan pemain asal Argentina ini cukup memadai untuk menterjemahkan keinginan Guardiola. Begitu pula dengan kecepatan Sterling, yang mungkin akan dimaksimalkan layaknya Goetze di Muenchen.

Beberapa klub Barclays Premier League (BPL) sempat mempraktekan filosofi Guardiola di kancah lokal, bahkan salah satu diantaranya sampai dibanjiri mantan pemain Barcelona *uhuk* Sayangnya hingga kini belum ada dari mereka yang menonjol, hanya sekedar memberi nuansa baru di liga.

Kali ini, sang empunya akan turun tangan langsung di Premier League.

Bersama Ferran Soriano dan Txiki Begiristain, Josep Guardiola i Sala akan membangun dinasti baru, seperti yang ketiganya pernah lakukan bersama FC Barcelona.



*diterbitkan pada 03/02/2016

Tidak ada komentar: