Rabu, 27 April 2016

Para Negara Diluar Kemapanan Sepak Bola

Ketika sepak bola diterima sebagai salah satu bentuk menunjukan identitas sebuah negara, apa jadinya jika diterapkan kepada daerah atau negara yang tidak diakui dan bahkan tidak pernah terdengar namanya? Apakah negara dan daerah itu diwajibkan tunduk kepada pemahaman umum jika sebuah tim nasional sepak bola hanya dimiliki oleh satu negara yang diakui kemerdekaan dan kedaulatannya saja?

Dalam dunia sepak bola, FIFA merupakan lembaga terbesar yang menaungi asosiasi dan federasi di seluruh penjuru dunia. Dibawahnya, ada enam federasi regional atau konfederasi dan kemudian asosiasi negara. Struktur ini sudah baku dan tidak dapat diganggu gugat. Namun keanggotaan sebuah negara bisa saja dicabut, dibekukan, mengundurkan diri atau mendapat keanggotaan baru. Tidak semua negara di dunia bisa bebas bergabung dengan FIFA, atau semudah membalikan telapak tangan untuk keluar dari FIFA.

Meski menjadi organisasi terbesar di dunia, tidak semua negara bisa bergabung dengan FIFA. Mereka-mereka yang tidak tergabung, membentuk organisasi baru. Syarat untuk bergabung dengan organisasi non FIFA ini adalah: asosiasi regional, regional/daerah yang meminta otonomi dan tidak diakui oleh negara setempat, masyarakat tanpa negara (stateless people), negara berdaulat namun belum menjadi anggota FIFA dan grup minoritas.

Asosiasi regional adalah sebuah lembaga sepak bola yang berada didalam ruang lingkup sebuah negara berdaulat, namun tidak tergabung dengan asosiasi sepak bola negara tersebut. Contohnya adalah Fédération de soccer du Québec (FSQ).

Sedangkan negara otonomi dan tidak diakui oleh negara adalah daerah yang biasanya memiliki perbedaan etnis dengan mayoritas negara tersebut. Beberapa diantaranya masih berjuang untuk merdeka atau mendapatkan otonomi penuh, seperti yang dilakukan Basque, Katalunya, Galicia, Kosovo, Nothern Cyprus dan Kepulauan Faroe.

Kategori ketiga adalah masyarakat tanpa sebuah negara. Biasanya masyarakat tersebut memiliki latar belakang etnis serupa, namun terpecah menjadi warga beberapa negara. Masyarakat Sami di Lapland adalah contoh yang sempurna karena berada di empat negara berbeda, yaitu Norwegia, Swedia, Finlandia dan Rusia. Palestina pun sebetulnya jatuh kepada kategori ini. Akan tetapi Palestina bisa bergabung dengan AFC dan diakui FIFA sebagai bentuk perjuangan kemerdekaannya dari Israel.

Sedangkan di kategori keempat adalah negara-negara berdaulat yang tidak atau belum diakui oleh FIFA. Hal ini dikarenakan negara-negara tersebut masih tergantung kepada negara induk dalam beberapa hal. Contohnya adalah Monaco, Gibraltar, Kiribati, Tuvalu dan lainnya. Kerajaan Inggris menjadi induk bagi 14 negara persemakmurannya di FIFA, namun negara-negara tersebut bisa bergabung dengan organisasi non FIFA.

Kategori keempat adalah suku minoritas yang berada didalam sebuah negara. Biasanya suku tersebut masih dalam naungan sebuah negara berdaulat dan diakui FIFA, namun etnis tersebut memilih bergabung dengan organisasi non FIFA.

Organisasi yang pertama adalah CONIFA, Konfederasi dari Asosiasi Sepak Bola Mandiri yang dibentuk pada 2013 lalu. Anggota CONIFA lumayan banyak, ada 33 asosiasi. Di Eropa sendiri ada 19 anggota, yaitu: Abkhazia, County of Nice, Isle of Man Ellan Vannin (Isle of Man),Felvidek (Upper Hungary), Felvidék (Upper Hungary), Franconia, Heligoland, Luhansk, Monaco, Nagorno-Karabakh, Northern Cyprus, Occitania, Padania, Raetia, Romani People, Sápmi, South Ossetia, Székely Land, Transnistria dan Western Armenia.

Sedangkan di Afrika ada Chagos Island, Darfur, Somaliland, Zanzibar. Di Asia: Arameans Suryoye, Iraqi Kurdistan, Lezgians, Ryukyu, Panjab, Tamil Eelam, Tibet dan Zainichi Koreans. Di Amerika ada Cascadia.
Sebetulnya benua Amerika memiliki dua anggota, yaitu Cascadia dan Quebec. Namun beberapa bulan setelah bergabung, Federasi Sepak Bola Quebec (QSF) mengundurkan diri dan mengajukan keanggotaan ke CONCACAF. Sampai saat ini Quebec hanya bertanding melawan tim yang menjadi anggota CONCACAF atau FIFA. Padahal QSF sendiri berada didalam ruang lingkup Kanada, sehingga tidak dapat bergabung dengan CONCACAF atau FIFA.

Anggota CONIFA bisa terus berkembang karena organisasi ini tidak pernah membatasi diri dan siap menjadi payung kepada 5.500 etnis di seluruh dunia dan ratusan tim yang terisolasi serta tidak memiliki sarana untuk bermain di tingkat internasional.
Selain CONIFA, ada pula New Football Federations Board atau disingkat menjadi NF Board yang dibentuk pada 12 Desember 2003.
Berbeda dengan CONIFA, anggota NF Board lebih tersebar luas karena lebih lama terbentuk. Di Oseania, ada Kiribati, Pohnpei dan Yap. Di Amerika Selatan ada Kepulauan Easter dan Esperanto. Di Amerika Utara ada Cascadia dan West Indies. Di Afrika ada Darfur, Kamerun Selatan, Western Sahara, Zanzibar, Casamance, Maasai, Peul, Somaliland.

Di Eropa, anggotanya cukup banyak, yaitu: Gozo, Monaco, Northern Cyprus, Occitania, Padania, Provence, Raetia, Sápmi, Two Sicilies, Chechnya, Cilento, Cossacks, Franconia, Gagauzia, Greenland, Iles d'Or, Labaj, Rijeka, Romani People, Sardinia, Saugeais, Sealand, Seborga, Skåneland, South Lower Saxon, Szeklerland dan Wallonia.

Di Asia, jumlahnya ada sembilan, yaitu: Arameans Suryoye, Iraqi Kurdistan, Tamil Eelam, Chagos Islands, Himalaya, Ola Bola, Maluku Selatan, Tibet dan Papua Barat. Dari 51 anggota NF Board, sampai saat ini hanya ada sembilan anggota yang memiliki asosiasi sepak bola yaitu Chagos Islands, Gozo, Gibraltar, Greenland, Kiribati, Somaliland, Turkish Republic of Northern Cyprus, Tuvalu dan Zanzibar.

Akan tetapi ada pula anggota NF Board yang tidak memiliki asosiasi sepak bola namun mempunyai kompetisi liga, seperti Chechnya, Gozo, Greenland, Chile, Kiribati, Nothern Cyprus, Tuvalu, dan Zanzibar. Unik kan?

Hingga saat ini sudah ada lima kali perhelatan Piala Dunia VIVA sejak 2006. Terakhir kali diadakan di Kurdistan pada 2012 lalu. Tidak jelas, apakah penamaan VIVA adalah sebagai bentuk plesetan dari FIFA atau memiliki makna sebagai bentuk ekspresi atau penyeruan kebebasan (Viva! dalam bahasa Spanyol dan Italia).

Selain dua organisasi diatas, ada pula MFA, Asosiasi Sepak Bola Micronation. Jika anggota NF Board dan CONIFA adalah negara dan etnis yang memiliki masyarakat dalam jumlah banyak. Sementara Micronation adalah negara yang ada secara fisik namun tidak diakui oleh dunia internasional dan biasanya memiliki penduduk dan wilayah yang sangat terbatas. Beberapa negara micronation biasanya (atau bahkan kebanyakan) menumpang di dalam wilayah negara tertentu.

Kelebihan yang didapat menjadi anggota organisasi-organisasi ini adalah dapat menyuarakan pendapat, hasrat dan kebanggaan dari sebuah komunitas suku atau negara. Kekurangannya adalah kurangnya pengembangan sepak bola. Sebagaimana diketahui FIFA menggelontorkan dana satu juta dollar Amerika Serikat kepada para anggotanya tiap tahun. Bagi para anggota organisasi non FIFA, uang tersebut hanya bisa disenyumi dengan sinis dan tatapan pengharapan. 

Tidak ada komentar: