Selasa, 13 Desember 2016

Ballon d'Or? Kasihani lah Fans Pemain yang Tidak Dianggap

Sepertinya manusia memang tidak bisa melihat adanya perbedaan dihadapan mereka, padahal perbedaan yang membuat kebudayaan manusia maju. Alasan untuk berselisih atau berperang selalu dicari dengan cara mengorek-ngorek perbedaan, bukannya sibuk mencari persamaan karena tinggal di bumi yang rentan dan seperti sebutir pasir di seluruh pantai di dunia ini jika dibandingkan dengan luasnya jagat raya, serta bersyukur dengan adanya perbedaan tersebut agar bisa memberikan pelajaran yang berguna.


Apa jadinya jika perbedaan tersebut dikawinkan dengan sesuatu yang bersifat fana dan tidak pasti, seperti penghargaan Ballon d'Or? Musibah, menurut penulis sih.  

Ballon d'Or yang telah kembali kepada kemandiriannya pasca berpisah dengan FIFA telah memutuskan bahwa Cristiano Ronaldo lah yang layak dinobatkan sebagai pesepakbola terbaik sepanjang tahun 2016. Titik. Namun perdebatan masih tetap berlanjut, seperti tahun-tahun sebelumnya. 

Perdebatan siapa yang layak menyabet penghargaan Ballon d'Or tidak pernah bosan, basi atau ketinggalan jaman untuk diperbicangkan dan diperdebatkan. Biasanya ritual tersebut dilangsungkan pada akhir Desember dan Januari namun khusus untuk edisi 2016 kegiatan tahunan tersebut dilakukan pada pertengahan Desember, tanpa ada pemberitahuan dahulu sebelumnya. 

Nama Cristiano Ronaldo muncul sebagai pemenang BdO tahun ini disebabkan prestasinya menyabet piala Liga Champions ke-11 bersama Real Madrid. Total ia sudah berkontribusi di dua final berbeda dan satu titel Liga Spanyol bersama Real Madrid.

Padahal banyak yang menganggap kontribusi dirinya sangat minim di laga final tersebut, meski akhirnya ia membuat gol kemenangan melalui drama adu penalti dan melakukan selebrasi luar biasa. Tapi final itu sudah menjadi masa lalu dan Ronaldo turut serta dalam membobol gawang Jan oblak, meski melalui titik putih.  

Banyak yang bertanya-tanya soal kemampuannya di skuat El Real, padahal ia sukses menjadi pencetak gol terbanyak empat musim beruntun di Liga Champions pada akhir musim lalu juga. Bukan hanya itu, secara total 50 gol yang dibuat di semua ajang di musim lalu pun bisa membuat kebanyakan, bukan semua, orang berdecak kagum. 

Sementara itu di level tim nasional CR7 turut serta menjadi bagian skuat besutan Fernando Santos dalam meraih titel juara Euro untuk pertama kalinya sepanjang sejarah. Padahal permainan Portugal tidak meyakinkan sejak fase penyisihan grup dan Ronaldo pun dianggap tidak berkontribusi banyak di laga final. Namun faktanya adalah Portugal menjadi jawara Euro dan ada Cristiano di daftar skuat. 

Bukan hanya soal piala, namun ia pun menjadi pemain pertama yang bisa membuat gol di empat turnamen Euro berbeda, unggul dibandingkan Zlatan Ibrahimovic yang harus pulang lebih dulu bersama timnas Swedia dan striker Manchester United itu gagal membuat satu gol pun. Masih kurang? Cristiano Ronaldo menjadi orang pertama yang bisa bermain di tiga babak semi-final Euro berbeda. Masih kurang juga? Ia menyamai rekor Michel Platini dengan menjadi pencetak gol terbanyak di seluruh gelaran turnamen tersebut dengan torehan sembilan gol. 

Meski akhirnya ia harus ditandu keluar lapangan di 25 menit pertama pada babak final melawan Perancis akibat tackle Dimitri Payet, namun banyak orang beranggapan bahwa Ronaldo berperan dalam membangkitkan seluruh punggawa timnas yang kemudian berujung dengan perolehan titel pertama.

Sempat mengalami kesulitan di skuat Real Madrid setelah sembuh dari cedera yang dideritanya di final Euro, Ronaldo langsung disodori kontrak baru oleh Florentino Perez yang akan mengikatnya hingga 2021 nanti atau ketika ia berusia 36 tahun. Luar biasa beraninya Perez ini! 

Dengan prestasi-prestasi yang ditorehkan di atas membuat namanya muncul sebagai pemenang Ballon d'Or kepunyaan France Football, mengalahkan Lionel Messi dan Antoine Griezmann. Hasilnya, perdebatan soal BdO kembali muncul, seakan menjadi kewajiban untuk diperdebatkan, khususnya oleh fans Ronaldo dan Messi. Uniknya, siapapun yang menang diantara keduanya, debat kusir ini akan selalu muncul. Oleh karenanya saya yakin buzzer-buzzer di Indonesia yang melulu berbicara politik akan menemui saingannya di dunia maya dengan dua kubu tersebut. 

Anehnya, kubu lawan selalu menganulir atau beranggapan keputusan pemenang selalu salah, jika bukan pemain jagoannya yang menang dan membela mati-matian jika jagoannya juara. Sore loser atau memang kebiasaan yang selalu muncul bahwa jika pihak yang kalah akan selalu menggugat hasil yang sudah diputuskan dan mencari-cari alasan, padahal tahu upayanya tersebut merupakan kesia-siaan? 

Bagi fans di luar Messi dan Ronaldo hanya bisa menyaksikan di sisi lapangan 'pertarungan' itu dan berharap suatu saat jagoannya bisa diakui dengan menjadi pemenang. Diganjar Bola Emas, ya syukur. Tidak, ya sudah. Sebab mereka tahu bahwa tim marketing yang berperan aktif dengan 'mengkudeta' portal-portal berita tertentu agar citra sang klien naik, seperti yang sudah diungkapkan oleh Luis Suarez beberapa waktu lalu. 

Ya, bahkan Luis Suarez yang beberapa musim tampil luar biasa di Ajax Amsterdam, Liverpool FC dan FC Barcelona pun tidak bisa disandingkan ke tiga besar. Apalagi Xavi Hernandez dan Andres Iniesta yang hanya menjadi penghias di podium kala Messi menang. Padahal kedua pemain ini berperan dalam prestasi timnas Spanyol menjadi juara Piala Dunia 2010 dan Euro 2012. Sebuah prestasi yang mentereng kan? Tapi ya sudah, tidak usah menyesali atau menggugat masa lampau. 

Jika ditilik berdasarkan sejarah dalam 10 tahun terakhir maka nama yang selalu masuk tiga besar adalah Messi dan Ronaldo. Memang kedua pemain ini sangat luar biasa dan itu dibuktikan dengan beragam piala atau rekor yang diciptakan tiap musimnya. Namun penghargaan Ballon d'Or dijatuhkan kepada voting sehingga siapa yang lebih terkenal dan favorit maka berpeluang menang. Prestasi bersama tim hanya akan menjadi pelengkap. 

Argumentasi ini didasarkan pada N'Golo Kante yang sukses membawa Leicester City dan saat ini Chelsea FC ke posisi puncak. Padahal sebelum pindah ke Liga Inggris di 2015, siapa yang kenal nama Kante? Atau Sergio Busquets yang membawa tim nasional Spanyol menguasai Eropa dan dunia setelah terlebih dahulu menggeser Xabi Alonso dan Yaya Toure di Barcelona, namun kemampuannya masih diyakini setengah-setengah dalam menterjemahkan keinginan pelatih yang berfilosofi passing-passing pendek, taktik yang sempat atau masih populer saat ini.

Jadi, siapa yang lebih layak menjadi pemenang Ballon d'Or? Silahkan tutup mata, bayangkan kemampuan pemain jagoan dan anggap dia mengangkat piala Bola Emas itu di atas podium, sebab Messi dan Ronaldo masih akan mendominasi, entah sampai kapan. Selamat berkhayal!

Tidak ada komentar: